Selasa, 16 Desember 2014

Rihlah Bersama Pengurus DPC Banjarmasin Timur

Waduk Riam Kanan-Kab.Banjar-  Dalam rangka untuk menyegarkan kembali fikiran dan semangat dakwah, sekaligus tadabur alam menikmati ciptaan Allah Swt, pada hari minggu 14/12/2014 bersama pengurus DPC PKS Banjarmasin Timur mengadakan rihlah bersama, dengan menikmati pemandangan alam sekaligus memancing di Danau Waduk Riam Kanan Kab. Banjar.

Dengan jarak tempuh kurang lebih  2 jam dari Kota Banjarmasin, kami menggunakan 3 mobil  yang diisi oleh 9 orang.



Waduk Riam Kanan merupakan tujuan wisata yang tepat bagi mereka yang ingin merilekskan fikiran dengan menikmati pemandangan alam, dan juga sebagai tujuan favorit bagi mereka yang menggemari memancing (mancing mania). Danau yang didalamnya terdapat waduk Riam Kanan ini juga sebagai lahan mata pencaharian penduduk setempat. Dengan budidaya ikan dalam keramba, maupun tangkapan langsung di alam.
Di samping menikmati angin segar dan pemandangan di sekeliling danau dan pulau pinus, kami semua menghabiskan waktu  kurang lebih 3 jam untuk memancing, demi mendapatkan lauk yang cukup untuk makan siang. Sengaja kami berangkat dari Banjarmasin hanya berbekal makan siang berupa nasi, kecap dan garam dengan motivasi dan harapan memperoleh ikan sebagai lauknya.

Meskipun tangkapan ikan  bisa dibilang jauh dari pemancing profesional, namun alhamdulillah , perolehan kami lebih dari cukup. Perut yang keronconganpun terpenuhi tatkala ikan bakar hasil pemancingan mulai di hidangkan.

Rabu, 10 Desember 2014

Hari yang Padat

Banjarmasin-  Hari ini menjadi hari yang cukup padat diantara aktivitas padat keseharian. Diawali dengan aktifitas persiapan sekolah anak-anak yang sedang menghadapi ujian akhir semester pertama, selama satu pekan ini. Dilanjutkan rapat Fraksi PKS dengan Ketua DPD di kantor. Disambung dengan menjenguk 2 orang konstituen yang sedang sakit di Rumah Sakit. Siang harinya ta'ziah ke konstituen yang meninggal dunia. Disambung dengan aktifitas lain di sore dan malam harinya.

Dalam menghadapi aktivitas keseharian yang padat, yang terpenting adalah tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Menjaga asupan dan pola makan tetap teratur, serta menjaga pikiran tetap rileks. Agar kembali ke rumah untuk bercengkrama dengan keluarga dalam kondisi tubuh dan pikiran yang fresh.

"Biarlah uban terus tumbuh, namun semangat tetap muda".

Selasa, 09 Desember 2014

Jembatan Rusak dan Tanpa Dinding Pembatas, Awan Subarkah Cek Langsung ke Lapangan

Banjarmasin-  Mendapatkan pengaduan dari masyarakat, Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Banjarmasin, Awan Subarkah, S.TP melakukan peninjauan langsung ke jembatan 8 Rt.24 Kelurahan Pekapuran Raya Banjarmasin Timur yang kondisinya rusak dan tanpa dinding pembatas.

Kunjungan spontan tersebut juga didampingi ketua Rt.24 dan Bpk. Chandra Kasubag. Jembatan Dinas Bina Marga Kota Banjarmasin.


“Kita sudah terbiasa, kalau istilah pemerintahan sekarang "blusukan". Kita sengaja turun untuk melihat langsung kondisi di lapangan dan memastikan aspirasi masyarakat didengar dan dilihat langsung oleh Dinas terkait, dalam hal ini Dinas Bina Marga. Hal ini telah menjadi kebiasaan setiap anggota dewan dari PKS sejak dulu. Tidak hanya sekarang-sekarang aja kami baru turun. Namun ini sudah menjadi kewajiban kami sebagai wakil rakyat untuk turun langsung ke lapangan."

Kondisi tersebut sudah menjadi keluhan masyarakat, bahwa jembatan penghubung yang biasa mereka lewati kondisinya membahayakan bagi pengguna jalan. Tidak jarang anak-anak bersepeda bahkan pengendara sepeda motor tercebur ke sungai. Selain karena kondisi jembatan yang rusak dan penuh tambalan papan, juga karena tidak adanya dinding pembatas jembatan. Terlebih jika melintas di malam hari. 

Dari kunjungan tersebut Dinas Bina Marga berjanji untuk menindaklanjuit keluhan masyarakat tersebut. Dan insyaAllah di tahun 2015 jembatan tersebut akan diperbaiki.

Senin, 08 Desember 2014

Menjadi Pemimpin itu Amanah

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab 72).

Amanah adalah segala sesuatu yang mewajibkan kita untuk menunaikannya. Amanah dapat berupa kepercayaan orang, berupa barang-barang titipan, juga perintah Allah SWT yang berkaitan dengan perintah serta larangan-Nya. Hadirnya kita di dunia pun merupakan bagian dari amanah, agar kita dapat menjadi khalifah yang mampu memakmurkan bumi ini.


Kisah hikmah tentang Nasehat Imam Al Ghazali kepada murid-muridnya. Saat itu, Imam Al Ghazali sedang berkumpul dalam sebuah majelis bersama murid-muridnya dan kemudian beliau pun mulai mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka. Salahsatu pertanyaan yang beliau tanyakan kepada muridnya adalah, “Apakah hal yang paling BERAT di dunia ini?”
Para murid pun menjawab, ada yang menyebutkan Baja, ada yang menyebutkan Besi, ada juga yang menyebutkan Gajah. Lalu Imam al-Ghazali lalu menjelaskan bahwa semua jawaban itu benar namun berdasarkan pengetahuan beliau yang paling BERAT di dunia ini ternyata adalah “MEMEGANG AMANAH”.

Menjadi Pemimpin itu Amanah
Menjadi pemimpin dan memiliki sebuah jabatan mungkin merupakan impian semua orang. Sayangnya mayoritas orang justru menjadikan amanah sebagai ajang rebutan, khususnya jabatan yang menjanjikan lambaian rupiah (uang dan harta) dan kesenangan dunia lainnya. Terbukti, pada hari ini bisa kita lihat, manusia malah berlomba-lomba dan rela berkorban harta dan jiwa untuk menjadi pemimpin atau memegang jabatan agar nantinya bisa menguasai hajat hidup banyak manusia.

Bukan berarti tidak boleh, justru untuk hal yang menyangkut urusan banyak umat muslim alangkah lebih baik jika diatur dan dikuasai juga oleh umat muslim. Yang menjadi tidak boleh adalah ketika kita berambisi sehingga sangat menginginkan jabatan (amanah) tersebut.
Bagi orang yang beriman dan  paham, tentu tidak serta-merta menginginkan apalagi berambisi menginginkan sebuah amanah jabatan. Karena ia tahu, kelak di hari kiamat amanah kepemimpinan itu bisa jadi akan menjadi sebuah penyesalan. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan berambisi merebut jabatan, dan nanti pada hari kiamat jabatan-jabatan itu akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari)

Dalam Kitab Riyadhush Shalihin yang disusun Al Imam Nawawi pun terdapat bab khusus yang isinya mengenai hadis-hadis tentang “Larangan meminta jabatan kepemimpinan dan memilih untuk meninggalkan jabatan tersebut jika ia tidak pantas untuk memegangnya atau meninggalkan ambisi terhadap jabatan”.
Sebagaimana nasehat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah memberi nasehat kepada Abdurrahman bin Samurah : 
“Hai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan karena apabila kamu diberi jabatan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong dalam melaksanakannya dan apabila kamu diberi karena meminta maka pelaksanaan jabatan itu sepenuhnya diberikan kepadamu.” (HR. Muslim)

Waspada Memegang Amanah
Sejatinya kesanggupan untuk memikul tanggung jawab berat ini diatas pundak adalah tindakan membahayakan diri sendiri. Karenanya manusia adalah makhluk yang mendzolimi dirinya sendiri dan jahil, tidak tahu kemampuannya sendiri. Bahkan ketika Sahabat Nabi, Abu Dzar ra. menanyakan mengapa Rasulullah SAW tidak memberikan jabatan kepadanya, beliau melakukannya karena beliau SAW sayang terhadap Abu Dzar ra. dan mengetahui bagaimana karakter Abu Dzar ra.
Diriwayat dari Abu Dzar Al-Ghifari. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?”
Mendengar permintaanku tersebut beliau SAW. langsung menepukkan tangannya di atas pundakku kemudian bersabda :
“Ya Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah dan jabatan itu amanah, pada hari kiamat ia akan menjadi penghinaan dan penyesalan kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan hak jabatan yang menjadi kewajibannya.” (HR. Muslim)

Dengan begitu banyak urusan kaum muslim, sudah seharusnya kekuasaan untuk mengurus urusan tersebut dipegang oleh umat muslim juga. Namun bukan berarti kita harus menyusun strategi agar dapat menjadi pemimpin. Yang seharusnya kita lakukan adalah menyusun strategi untuk terus meningkatkan kapasitas diri kita pribadi, agar kita menjadi orang muslim yang kuat dan siap jika sewaktu-waktu amanah itu Allah SWT titipkan kepada kita. Kita pun bukan mengambilnya dengan ambisi akan tetapi kita mengambilnya dengan hak dan terus berusaha untuk menunaikan kewajiban sesuai konsekuensi atas jabatan tersebut.

Wallahu’alam. (http://motivasi-inspirasi.net)